Para praktisi PR
memiliki beberapa penyebutan sehingga membuat perhitungan menjadi sulit di AS
apalagi disluruh dunia. Secara umum mereka bekerja di daerah kota-kota besar.
Beberapa profesi baru telah lahir; yang lainnya menjadi makin profesional.
Universitas menjadi titik masuk utama untuk profesi-profesi ini. Dalam
kenyataannya, sebuah profesi mendapatkan identitasnya dengan menjadikan
universitas sebagai pintu masuknya. Program pengembangan keahlian ini –kini
dipandang sebagai aspek penting untuk mempertahankan keahilian dan pengetahuan
yang tinggi –telah menarik banyak praktisi yang sudah bekerja. Banyak manajer
atau pemilik perusahaan mencari mereka yang pernah menempuh pendidikan tertentu
selain pendidikan PR.
Survei gaji
biasanya menunjukkan bahwa gaji tertinggi lebih banyak diterima oleh praktisi
yang bekerja untuk perusahaan, terutama dibidang industri dan
manufaktur.hubungan antara gender dan gaji secara statistik adalah tidak
signifikan. Setelah memeriksa pengaruh pengalaman profesional, peran manajer
dan partisipasi pembuatan keputusan. [yang] menunjukkan bahwa pola diskriminasi
gender dan segregasi peran gender mungkin sudah hilang dibidang PR.
Beberapa kalangan
mendeskripsikan kerja PR dengan menyusun daftar bagian-bagian khusus dari
fungsi PR; hubungan media, hubungan investor, hubungan masyarakat, hubungan
karyawan, dan sebagainya. Berikut sepuluh kategori yang meringkaskan apa yang
dilakukan spesialis PR di tempat kerja:
1.
Menulis
dan mengedit
2.
Hubungan
media dan penempatan media
3.
Riset
4.
Manajemen
dan administrasi
5.
Konseling
6.
Acara
spesial; mengatur dan mengelola
konferensi pers.
7.
Pidato
8.
Produksi
9.
Training
10.
Kontak;
penghubung
Meskipun berada diurutan terakhir, yakni tugas “menjalin hubungan baik
dengan orang lain” namun tugas inilah yang pertama kali dikaitkan dengan PR.
Ada empat peran
utama PR yang mendeskripsikan sebagian besar praktik mereka. Akan tetapi
kadang-kadang praktisi melakukan semua peran ini dan peran lainnya dalam
tingkat yang berbeda-beda, meskipun ada peran domunan dalam pekerjaan mereka
sehari-hari dan dalam cara mereka berhadapan dengan orang lain.
1.
Teknisi
komunikasi
2.
Expert
prescriber
3.
Fasilitator
komunikasi
4.
Fasilitator
pemecah masalah
Temuan riset menunjukkan bahwa para
praktisi memainkan beberapa peran, tetapi dari waktu kewaktu ada satu peran
yang dominan. Denagn kata lain, praktisi yang memainkan peran dominan sebagai
expert prescriber, fasilitator komunikasi, dan fasilitator pemecah masalah juga
cenderung bermain didua peran lainnya. Korelasi yang tinggi antara ketiga peran
itu menunjukkan bahwa ketiganya membentuk satu peran tunggal yang kompleks yang
berbeda dengan peran teknisi komunikasi. Karenanya, ada dua peran dominan yang
muncul dalam praktik; teknisi PR dan manajer PR.
Riset menunjukkan bahwa tipe
pengumpulan informasi akan membantu praktisi untuk bergeser ke peran manajemen.
Secara sederhaan dapat dikatakan bahwa praktisi yang terbiasa bekerja dalam
peran teknisi mungkin tidak mampu menyesuaikan diri dengan peran manajer
strategis.
Studi terhadap wanita dalam PR
secara historis menunjukkan adanya kesenjangan gaji dan adanya “diskriminasi” (glass
ceiling) dalam hal promosi ke posisi manajemen. Wanita-wanita dibidang PR
telah berjuang untuk membuat terobosan dan membongkar diskriminasi ini dan
berkat jasa para sarjana feminis yang menjelaskan dan mendokumentasikan proses
dan efek dari diskriminasi gender.
Survei atas tnaga kerja dibidang PR
menunjukkan bahwa orang kulit berwarna sangat sedikit yang bekerja dibidang
ini. Tren demografis dan meningkatkan kekuatan pasar dari minoritas ini akan
memperbesar kehadiran mereka ditahun-tahun mendatang.globalisasi juga
meningkatkan permintaan akan praktisi yang ahli yang mampu menjembatani
perbedaan kultural dan komunikasi.
0 komentar:
Posting Komentar